Kamis, 16 Agustus 2012

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Asumsi-asumsi yang melandasi program-program pendidikan seringkali tidak sejalan dengan hakekat belajar, hakekat orang yang belajar danhakekat orang yang mengajar. Dunia pendidan, lebih khusus lagi dunia belajar, didekati degan paradigm yang tidak mampu menggambarkan hakekat belajar dan pembelajaran secara komprehensif. Praktik-praktik pendidikan dan pembelajaran sangat diwarnai oleh landasan teoritik dan konseptual yang tidak akurat. Pendidikan dan pembelajaran selama ini hanya mengagungkan pada pembentukan perilaku keseragaman, dengan harapan akan menghasilkan keteraturan. Ketertiban, dan kepastian (Degeng, 2000). Pembentukan ini dilakukan dengan kebijakan penyeragaman pada berbagai hal di sekolah. Paradigm pendidikan yang mengagungkan keseragaman ternyata telah berhasil mengajarkan anak-anak untuk mengabaikan keberagaman/perbedaan.
Dari uraian di atas maka para pendidik dan para perancang pendidikan serta pengembangan program-program pembelajaran perlu menyadari akan pentingnya pemahana terhadap hakikat belajar dan pembelajaran. Berbagai teori belajar dan pembelajaran seperti teori behaviouristik, kognitif, konstruktivitas, dll, penting untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi.





B.    Rumusan Masalah
Agar tidak melebar dari materi yang akan dibahas, maka kami akan  membatasi makalah yaitu:
1.    Apa pengertian teori pendidikan ?
2.    Apa perbedaan antara teori dan praktek dalam pendidikan ?
3.    Apa saja macam-macam teori belajar ?
4.    Bagaimana hubungan teori belajar dengan pembelajaran IPA ?

C.    Tujuan Masalah
Penulis dalam menyusun makalah ini bertujuan agar:
1.    Dapat mengerti apa itu teori pendidikan .
2.    Memahami perbedaan antara teori dan praktek dalam pendidikan.
3.    Mengetahui macam-macam teori belajar    .
4.    Memahami bagaimana hubungan teori belajar dengan pembelajaran IPA.



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Teori Pendidikan
Menurut Moore istilah teori merujuk pada suatu usaha untuk menjelaskan bagaimana sesuatu terjadi seperti adanya. Selain itu teori juga merupakan usaha untuk menjelaskan sesuatu yang mungkin terjadi di masa datang. Pengertian ini mengandung makna bahwa fungsi teori adalah melakukan prediksi. Teori juga diartikan sebagai kebalikan dari sebuah praktek. Moore menambahkan bahwa hakekat teori pada dasarnya adalah penjelasan terhadap sesuatu. Dari pengertian tersebut peran teori adalah sebagai penjelasan tentang sejumlah asumsi, sesuatu yang terjadi, telah terjadi, dan akan terjadi. Sejumlah aspek ini merujuk pada pola dari teori sebagai alat untuk penjelasan logis dan membuat prediksi. Namun menurut Moore pengertian teori seperti ini merupakan pengertian yang digunakan dalam sains seperti fisika dan matematika. Sedangkan untuk kasus teori pendidikan pengertian tersebut tidaklah terlalu tepat.
Jika dihubungkan dengan pendidikan maka teori pendidikan merupakan seperangkat penjelasan yang rasional sistematis membahas tentang aspekaspek penting dalam pendidikan sebagai sebuah sistem. Mudyahardjo menjelaskan bahwa teori pendidikan adalah sebuah pandangan atau Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan. Nana S. Sukmadinata mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu:



1.    Pendidikan klasik,
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses.
Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
2.    Pendidikan pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis),
3.    Teknologi pendidikan
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.
Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual.
Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
4.    Pendidikan interaksional
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.
Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta.
Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.
B.    Perbedaan Antara Teori Dan Praktek Dalam Pendidikan
Dalam pembelajaran sehari – hari terutama di sekolah ada dua jenis pembelajaran yang biasa kita kenal, yaitu belajar teori dan belajar dengan praktek (learning by doing). Belajar teori adalah belajar mempelajari teori. seperti yang kita lakukan sehari – hari di kelas.  Sebaliknya belajar praktek adalah belajar menerapkan berbagai ilmu yang telah kita kuasai untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata.
Kedua pembelajaran tersebut harus berimbang dalam pelaksanaannya. Di Indonesia seringkali kita temui sekolah – sekolah yang hanya mengajarkan teori saja, dengan tujuan utama untuk lulus ujian. Belajar teori saja sebenarnya kurang baik karena pelajar hanya mengerti teori tanpa tahu bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari. Tentu saja hal ini sia sia.
Jika kita lihat akhir – akhir ini banyak sarjana yang kurang bisa dimanfaatkan perusahaan besar karena kurangnya kompetensi mereka. Hal ini salah satu penyebabnya ya tadi, yaitu karena terlalu banyak belajar teori.  Secara teori mereka menguasai, dibuktikan dengan bisa lulus ujian. Namun karena hanya menguasai teori, praktek tidak dikuasai sehingga tidak bisa mengaplikasikan ilmu mereka tadi.
Sebaliknya ada beberapa sekolah terutama sekolah modern dan internasional yang lebih mengutamakan praktek. Hal ini sebenarnya baik karena siswa akan terbiasa untuk mengaplikasikan ilmunya dan penyerapan ilmu juga lebih cepat karena kita mengalami sendiri penerapan ilmunya. Namun jika praktek tersebut tidak didasari dasar ilmu yang kuat berupa teori, tentu saja juga kurang baik.
C.    Macam-macam Teori Belajar
Dalam psikologi dan pendidikan pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan, pengetahuan satu, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia. Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Penjelasan tentang apa yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks tentang pembelajaran.
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme,  teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.  Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
1.    Teori belajar Behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2.    Teori  Belajar Kognitivisme
Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan teori kognitif  ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar.Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi dari lingkungan.
3.    Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih pahamdan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
a.    Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar
b.    Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran
c.    Memandu guru untuk mengelola kelas
d.    Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai
e.    Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif
f.    Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.
D.    Hubungan Teori Belajar dengan Pembelajaran IPA
Berdasarkan latar belakang dari hasil pembelajaran IPA kelas I banyak ditemukan hasil pembelajaran kurang sesuai dengan harapan kita. Menurut Piaget (William C. Crain, 1980) adalah benar bahwa belajar tidak harus berpusat pada guru atau tenaga kependidikan, tetapi anak harus lebih aktif, oleh karena itu peserta didik harus dibimbing harus menemukan sesuatu yang dipelajarinya.
Tingkat keberhasilan siswa dalam belajar sangat dipengaruhi oleh kualitas pembelajaran yang dikelola guru bahwa keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan kualitas dalam pembelajaran yang dikelola guru dan kualitas pembelajaran tergantung bagaimana guru mendesain pembelajaran tersebut dalam pelaksanaan seperti bagaimana guru melibatkan keaktifan belajar siswa dan menghargai keberhasilan siswa yang kesemuanya berada dalam satu sistem pembelajaran.
Tingkat pencarian konsep yang dikemukakan oleh William C. Crain (1980) tentang proses belajar lebih bermakna adalah belajar yang melibatkan pengalaman langsung.
Dan untuk mencapai hal ini harus melalui proses pembelajaran interaksi yang dilakukan antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan pembelajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Wujud interaksi pembelajaran bisa menggunakan berbagai media dan metode pembelajaran secara bervariasi.    Media dan metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengembangan sistem pembelajaran yang sukses dan dapat membantu kelancaran, efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian pembelajaran. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran ini adalah demonstrasi (praktek nyata) dan diskusi. Jadi mata pelajaran IPA, media dan metode demonstrasi selain berhubungan erat untuk meningkatkan kemampuan dan minat siswa kelas I tentang membedakan gerak benda yang mudah bergerak dengan yang sulit bergerak melalui percobaan dengan menggunakan metode demonstrasi, hal ini dikemukakan oleh (Piaget dalam Dahar) tentang pendidikan Sains, mengungkapkan bahwa belajar siswa merupakan proses konstruktif yang bahwa belajar siswa merupakan proses konstruktif yang menghendaki partisipasi siswa.
1.    Model Pembelajaran
Model pembelajaran IPA yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstrukturis ini memperhatikan dan mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh di luar sekolah disarankan oleh Bell agar pengetahuan siswa yang diperoleh dari luar sekolah dipertimbangkan sebagai pengetahuan awal siswa, besar kemungkinan miskonsepsi. Sebaliknya apabila guru tidak mempedulikan konsep atau pengetahuan awal siswa, besar kemungkinan miskonsepsi yang terjadi akan semakin kompleks.
Menurut pandangan konstrukturis dalam proses pembelajaran IPA seyogyanya disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasioanl atau dapat dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses pembelajaran berlangsung, siswa harus terlibat secara langsung dalam kegiatan nyata.
2.    Hakikat IPA atau Sains
IPA atau didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alami, perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah yang menekankan pada hakikat IPA atau Sains. Secara rinci hakikat IPA atau Sains menurut Bridman adalah sebagai berikut:
a.    Kualitas pada dasarnya konsep-konsep IPA atau Sains selalu dapat dinyatakan dalam   bentuk angka-angka.
b.     Observasi dan eksperimen merupakan satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA atau Sains secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
c.    Ramalan (Prediksi) merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA atau Sains bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keturunan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
d.     Progresif dan Komunikatif, artinya IPA atau Sains itu selalu berkembang kea rah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.
e.    Proses tahapan yang dilalui dan dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangka menemukan suatu kebenaran.
f.     Universalitas kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
3.    Meningkatkan Daya Tarik Mata Pelajaran IPA
Disinyalir bahwa kelemahan guru IPA saat ini adalah kurang mampu membawa materi pelajaran kepada dunia nyata yang dihadapi anak-anak sehari-hari. Guru hanya bercerita di depan kelas dengan hanya sebatang kapur untuk menjelaskan suatu proses ataupun fenomena alam yang kompleks. Guru kurang mampu memberikan deskripsi yang jelas tentang materi yang diajarkan.

BAB III
PENUTUP


3.1    Kesimpulan
Teori pendidikan merupakan seperangkat penjelasan yang rasional sistematis membahas tentang aspekaspek penting dalam pendidikan sebagai sebuah sistem. Antara teori dan praktek keduanya harus seimbang dalam pelaksanaannya karena belajar hanya dengan teori tanpa adanya praktek atau tidah tahu bagaimana menerapkan dalam kehidupan sehari-hari ataupun sebaliknya, maka hal ini bisa dikatakan sia sia.
Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran. Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme,  teori belajar kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme.
Hubungan teori belajar dengan pembelajaran ipa sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam belajar, kualitas pembelajaran tergantung bagaimana guru mendesain pembelajaran tersebut, seperti melibatkan keaktifan siswa dan menghargai keberhasilan siswa.

DAFTAR PUSTAKA


Sumber:
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosda Karya
Ali Saifullah.HA. 1983. Antara Filsafat dan Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Hasan Langgulung, 1986. Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna
Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu I. (Diktat Kuliah). Bandung: UPI Bandung.
Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar